Selasa, 03 Juni 2014

Pesona yang terlupa

Bismillahirrahmaanirrahiim

Dengan mengharap ridho Allah SWT, izinkanlah aku menawarkan diriku untukmu.

Namaku adalah Sya'ban. Mungkin tidak banyak orang yang mengenalku. Namaku bisa saja terdengar sangat asing. Mungkin orang akan mengiraku "sorban", atau lebih parah lagi mengiraku "lakban"...

Sejujurnya, aku merasa iri dengan saudaraku yang telah mendahuluiku dan yang akan menyusulku. Mereka lebih terkenal dariku. Aku iri pada saudaraku yang menyapamu lebih dulu, Rajab namanya. Sementara yang akan hadir adalah yang paling mulia dan indah di antara kami, ialah Ramadhan.

Orang-orang banyak melupakanku. Padahal aku juga dicipta dengan keindahan yang merona dan kebaikan yang menyamudera.

Beruntung, sungguh beruntung nasibku. Rasulullah Muhammad SAW pernah menyanjungku dengan lisannya yang mulia...

"Wahai Rasulullah, aku tidak pernah melihatmu memperbanyak berpuasa (selain Ramadhan) kecuali pada bulan Sya’ban?" begitu tanya Usama Bin Zaid.
Rasulullah SAW pun menjawab, ”Itu bulan dimana manusia banyak melupakannya antara Rajab dan Ramadhan, di bulan itu perbuatan dan amal baik diangkat ke Tuhan semesta alam, maka aku ingin ketika amalku diangkat, aku dalam keadaan puasa”. (HR. Abu Dawud dan Nasa’i).

Ya, aku datang ke hadapanmu. Menawarimu cawan-cawan berisi kebaikan-kebaikan yang besar. Agar matamu berpaling pada pesonaku. Dan mantab memenangkan hatiku.

Ingatkah engkau bahwa Ibnu Rajab pernah berkata berkata: "Puasa dibulan sya'ban lebih utama daripada puasa dibulan-bulan haram, dan sebaik-baik amalan sunnah adalah yang dilakukan ketika dekat dengan bulan suci Ramadhan baik sebelum maupun sesudahnya, maka puasa pada bulan ini kedudukannya seperti sunnah-sunnah rawatib sebelum atau sesudah fardhu dan berfungsi untuk melengkapi jika ada kekukarangan pada amalan fardhu tersebut. Demikian pula puasa sebelum dan sesudah Ramadhan memiliki keutamaan lebih dibanding puasa-puasa lain yang bersifat mutlak atau umum. Oleh karena itu puasa yang dilakukan ketika sudah mendekati Ramadhan lebih utama dibanding puasa-puasa yang dilakukan jauh dari bulan suci ini"?

Uhm... Orang bilang, "tak kenal, maka taaruf". Dan aku ingin sekali engkau mentaarufi diriku. Jauh lebih dalam. Melebihi palung di celah bumi. Temuilah aku. Bahwa aku adalah mutiara yang terpendam. Aku tidak terkenal. Aku pun hanya yang terlupa. Tapi aku tetaplah mutiara yang bersinar. Yang menanti pinanganmu dengan binar.

Sungguh, bila engkau berbuat ibadah bersamaku yang kala itu banyak orang lupa terhadapku, maka menjadi orang yang ikhlas adalah buahnya lantaran kau terlatih oleh kesunyian. Sebab engkau beribadah
bukan karena apa yang mengitarimu. Tapi karena kesungguhanmu untuk menghamba kepada Rabb-mu. Rabb kita.

Kuberharap, buah dari cintamu kepadaku akan segera ranum. Buah yang melahirkan cinta, pada Ramadhan yang mulia.

Ku 'kan setia menunggumu...
Dalam sepi nan syahdu...
Semoga engkau segera berminat meminang kemuliaanku...

Salam Cinta dari Pesona Yang Terlupa,

@Sya'ban
#groupOdoj430

Kamis, 08 Mei 2014

AL-QURAN Dan Sang Jendral

Suatu sore, ditahun 1525. Penjara tempat tahanan orang-orang di situ terasa hening mencengkam. Jendral Adolf Roberto, pemimpin penjara yang terkenal bengis, tengah memeriksa setiap kamar tahanan.

Setiap sipir penjara membungkukkan badannya rendah-rendah ketika 'algojo penjara' itu berlalu di hadapan mereka. Karena kalau tidak, sepatu 'jenggel' milik tuan Roberto yang fanatik .. itu akan mendarat di wajah mereka.

Roberto marah besar ketika dari sebuah kamar tahanan terdengar seseorang mengumandangkan suara-suara Ayat Suci yang amat ia benci. "Hai ... hentikan suara jelekmu! Hentikan ...!!!" Teriak Roberto sekeras-kerasnya sembari membelalakan mata.

Namun apa yang terjadi? Laki-laki di kamar tahanan tadi tetap saja bersenandung dengan khusyu'nya. Roberto bertambah berang. Algojo penjara itu menghampiri kamar tahanan yang luasnya tak lebih sekadar cukup untuk satu orang.

Dengan congak ia menyemburkan ludahnya ke wajah renta sang tahanan yang keriput hanya tinggal tulang. Tak puas sampai di situ, ia lalu menyulut wajah dan seluruh badan orang tua renta itu dengan rokoknya yang menyala.

Sungguh ajaib... Tak terdengar secuil pun keluh kesakitan. Bibir yang pucat kering milik sang tahanan amat gengsi untuk meneriakkan kata kepatuhan kepada sang Algojo, bibir keringnya hanya berkata lirih "Rabbi, waana'abduka ...".

Tahanan lain yang menyaksikan kebiadaban itu serentak bertakbir sambil berkata, "Bersabarlah wahai ustadz ... Insya Allah tempatmu di Syurga." Melihat kegigihan orang tua yang dipanggil ustadz oleh sesama tahanan, 'algojo penjara' itu bertambah memuncak amarahnya.

Ia perintahkan pegawai penjara untuk membuka sel, dan ditariknya tubuh orang tua itu keras-keras hingga terjerembab di lantai. "Hai orang tua busuk! Bukankah engkau tahu, aku tidak suka bahasa jelekmu itu?! Aku tidak suka apa-apa yang berhubung dengan agamamu!

Sang Ustadz lalu berucap, "Sungguh ... aku sangat merindukan kematian, agar aku segera dapat menjumpai kekasihku yang amat kucintai, Allah SWT. Karena kini aku berada di puncak kebahagiaan karena akan segera menemuiNya, patutkah aku berlutut kepadamu, hai manusia busuk? Jika aku turuti kemauanmu, tentu aku termasuk manusia yang amat bodoh."

Baru saja kata-kata itu terhenti, sepatu laras Roberto sudah mendarat di wajahnya. Laki-laki itu terhuyung. Kemudian jatuh terkapar di lantai penjara dengan wajah bersimbah darah.

Ketika itulah dari saku baju penjaranya yang telah lusuh, meluncur sebuah 'buku kecil'. Adolf Roberto bermaksud memungutnya. Namun tangan sang Ustadz telah terlebih dahulu mengambil dan menggenggamnya eratGKN hbs-erat.

"Berikan buku itu, hai laki-laki dungu!" bentak Roberto. "Haram bagi tanganmu yang kafir dan berlumuran dosa untuk menyentuh barang suci ini!"ucap sang ustadz dengan tatapan menghina pada Roberto.

Tak ada jalan lain, akhirnya Roberto mengambil jalan paksa untuk mendapatkan buku itu. Sepatu laras berbobot dua kilogram itu ia gunakan untuk menginjak jari-jari tangan sang ustadz yang telah lemah. Suara gemeretak tulang yang patah terdengar menggetarkan hati. Namun tidak demikian bagi Roberto.

Laki-laki bengis itu malah merasa bangga mendengar gemeretak tulang yang terputus. Bahkan 'algojo penjara' itu merasa lebih puas lagi ketika melihat tetesan darah mengalir dari jari-jari musuhnya yang telah hancur.

Setelah tangan renta itu tak berdaya, Roberto memungut buku kecil yang membuatnya penasaran. Perlahan Roberto membuka sampul buku yang telah lusuh. Mendadak algojo itu termenung.

"Ah ... sepertinya aku pernah mengenal buku ini. Tapi kapan? Ya, aku pernah mengenal buku ini." suara hati Roberto bertanya-tanya. Perlahan Roberto membuka lembaran pertama itu.

Pemuda berumur tiga puluh tahun itu bertambah terkejut tatkala melihat tulisan-tulisan "aneh" dalam buku itu. Rasanya ia pernah mengenal tulisan seperti itu dahulu. Namun, sekarang tak pernah dilihatnya di bumi Sepanyol. Akhirnya Roberto duduk disamping sang ustadz yang telah melepas nafas-nafas terakhirnya. Wajah bengis sang algojo kini diliputi tanda tanya yang dalam.

Mata Roberto rapat terpejam. Ia berusaha keras mengingat peristiwa yang dialaminya sewaktu masih kanak-kanak. Perlahan, sketsa masa lalu itu tergambar kembali dalam ingatan Roberto.

Pemuda itu teringat ketika suatu sore di masa kanak-kanaknya terjadi kericuhan besar di negeri tempat kelahirannya ini. Sore itu ia melihat peristiwa yang mengerikan di lapangan Inkuisisi (lapangan tempat pembantaian kaum muslimin di Andalusia). Di tempat itu tengah berlangsung pesta darah dan nyawa.

Beribu-ribu jiwa tak berdosa berjatuhan di bumi Andalusia. Di hujung kiri lapangan, beberapa puluh wanita berhijab (jilbab) digantung pada tiang-tiang besi yang terpancang tinggi. Tubuh mereka bergelantungan tertiup angin sore yang kencang, membuat pakaian muslimah yang dikenakan berkibar-kibar di udara.

Sementara, di tengah lapangan ratusan pemuda Islam dibakar hidup-hidup pada tiang-tiang salib, hanya karena tidak mau memasuki agama yang dibawa oleh para rahib.

Seorang bocah laki-laki mungil tampan, berumur tujuh tahunan, malam itu masih berdiri tegak di lapangan Inkuisisi yang telah senyap. Korban-korban kebiadaban itu telah syahid semua.

Bocah mungil itu mencucurkan airmatanya menatap sang ibu yang terkulai lemah di tiang gantungan. Perlahan-lahan bocah itu mendekati tubuh sang ummi ( ibu ) yang tak sudah bernyawa, sembari menggayuti abayanya.

Sang bocah berkata dengan suara parau, "Ummi, ummi, mari kita pulang. Hari telah malam. Bukankah ummi telah berjanji malam ini akan mengajariku lagi tentang alif, ba, ta, tsa ....? Ummi, cepat pulang ke rumah ummi ..."

Bocah kecil itu akhirnya menangis keras, ketika sang ummi tak jua menjawab ucapannya. Ia semakin bingung dan takut, tak tahu harus berbuat apa. Untuk pulang ke rumah pun ia tak tahu arah.

Akhirnya bocah itu berteriak memanggil bapaknya, "Abi ... Abi ... Abi ..." Namun ia segera terhenti berteriak memanggil sang bapak ketika teringat kemarin sore bapaknya diseret dari rumah oleh beberapa orang berseragam.

"Hai ... siapa kamu?!" teriak segerombolan orang yang tiba-tiba mendekati sang bocah. "Saya Ahmad Izzah, sedang menunggu Ummi ..." jawab sang bocah memohon belas kasih. "Hah ... siapa namamu bocah, coba ulangi!" bentak salah seorang dari mereka.

"Saya Ahmad Izzah ..." sang bocah kembali menjawab dengan agak grogi. Tiba-tiba "plak! sebuah tamparan mendarat di pipi sang bocah. "Hai bocah ...! Wajahmu bagus tapi namamu jelek. Aku benci namamu.

Sekarang kuganti namamu dengan nama yang bagus. Namamu sekarang 'Adolf Roberto' ... Awas! Jangan kau sebut lagi namamu yang jelek itu. Kalau kau sebut lagi nama lamamu itu, nanti akan kubunuh!" ancam laki-laki itu.

Sang bocah meringis ketakutan, sembari tetap meneteskan air mata. Anak laki-laki mungil itu hanya menurut ketika gerombolan itu membawanya keluar lapangan Inkuisisi. Akhirnya bocah tampan itu hidup bersama mereka.

Roberto sadar dari renungannya yang panjang. Pemuda itu melompat ke arah sang tahanan. Secepat kilat dirobeknya baju penjara yang melekat pada tubuh sang ustadz. Ia mencari-cari sesuatu di pusar laki-laki itu. Ketika ia menemukan sebuah 'tanda hitam' ia berteriak histeris, "Abi ... Abi ... Abi ..."

Ia pun menangis keras, tak ubahnya seperti Ahmad Izzah dulu.

Pikirannya terus bergelut dengan masa lalunya. Ia masih ingat betul, bahwa buku kecil yang ada di dalam genggamannya adalah Kitab Suci milik bapanya, yang dulu sering dibawa dan dibaca ayahnya ketika hendak menidurkannya. Ia jua ingat betul ayahnya mempunyai 'tanda hitam' pada bahagian pusar.

Pemuda beringas itu terus meraung dan memeluk erat tubuh renta nan lemah. Tampak sekali ada penyesalan yang amat dalam atas ulahnya selama ini. Lidahnya yang sudah berpuluh-puluh tahun alpa akan Islam, saat itu dengan spontan menyebut, "Abi ... aku masih ingat alif, ba, ta, tsa ..." Hanya sebatas kata itu yang masih terekam dalam benaknya.

Sang ustadz segera membuka mata ketika merasakan ada tetesan hangat yang membasahi wajahnya. Dengan tatapan samar dia masih dapat melihat seseorang yang tadi menyiksanya habis-habisan kini tengah memeluknya. "Tunjuki aku pada jalan yang telah engkau tempuh Abi, tunjukkan aku pada jalan itu ..." Terdengar suara Roberto memelas.

Sang ustadz tengah mengatur nafas untuk berkata-kata, ia lalu memejamkan matanya. Air matanya pun turut berlinang. Betapa tidak, jika sekian puluh tahun kemudian, ternyata ia masih sempat berjumpa dengan buah hatinya, ditempat ini. Sungguh tak masuk akal. Ini semata-mata bukti kebesaran Allah.

Sang Abi dengan susah payah masih bisa berucap. "Anakku, pergilah engkau ke Mesir. Di sana banyak saudaramu. Katakan saja bahwa engkau kenal dengan Syaikh Abdullah Fattah Ismail Al-Andalusy. Belajarlah engkau di negeri itu,"

Setelah selesai berpesan sang ustadz menghembuskan nafas terakhir dengan berbekal kalimah indah "Asyahadu anla Illaaha illallah, wa asyahadu anna Muhammadan Rasullullah ...'. Beliau pergi menemui Rabbnya dengan tersenyum, setelah sekian lama berjuang dibumi yang fana ini.

kemudian Ahmad Izzah telah menjadi seorang alim di Mesir. Seluruh hidupnya dibaktikan untuk agama Islam, sebagai ganti kekafiran yang di masa muda sempat disandangnya. Banyak pemuda Islam dari berbagai penjuru dunia berguru dengannya ..." Al-Ustadz Ahmad Izzah Al-Andalusy.

Benarlah firman Allah ...

"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrahnya itu. Tidak ada perubahan atas fitrah Allah. Itulah agama yang lurus,tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (QS 30:30)

SUBHANALLAH
Semoga kisah ini dapat membuat hati kita luluh dengan hidayah Allah yang mudah-mudahan dapat masuk mengenai qolbu kita untuk tetap taat dan tunduk pada perintah Allah, dan senang untuk dekat kepada-Nya.

Aamiin Ya Rabbal'alaamiin
#edisi pelembutan hati
~Kisah nyata, # copasdariWA

Rabu, 07 Mei 2014

"Atap dan Tembok"

Di sebuah kamar di RS hanya ada 2 ranjang. Ranjang, yg 1 dekat dgn jendela & yg 1 lagi jauh dari jendela. Setiap harinya gadis yg terbujur lemah yg berada di ranjang dekat jendela menceritakan apa yg dia lihat ke seorang ibu yg terbaring di ranjang satunya lagi."Apa yg kamu lihat hari ini?" Kata Ibu itu, Gadis itu menjawab "di luar ada anak-2 kecil berlari riang sedang main dgn anjing kesayangannya. Ada gemerlap lampu2 taman yg indah. Dan banyak sekali angsa2 lewat di kolam." Dgn riangnya gadis itu bercerita. Hari demi hari Ibu itu bertanya ke gadis itu & gadis itu terus menceritakan apa yg dia lihat di luar jendela akhirnya pada satu malam gadis itu sesak nafas, Ibu itu bisa aja membantu gadis itu dgn memencet bell agar suster datang tapi di biarkan saja. Dalam hatinya, ini kesempatanku utk bisa pindah ke ranjang sebelah dekat jendela jika gadis itu mati jadi bisa lihat pemandangan luar. Esok harinya gadis itu meninggal & Ibu itu berkata ke suster "aku mau pindah ke ranjang dekat jendela" dgn riangnya Ibu itu melongok ke jendela begitu dia pindah...
Apa yg dia lihat? Hanyalah "atap & tembok", karena rupanya gadis itu buta.

Terkadang kita suka merasa diri tidak bahagia dan selalu melihat kebahagiaan org lain & Suka ber-andai2.. Andai aku punya istri yg cantik spt dia, Andai aku punya suami yg baik spt dia, Andai aku bisa sekaya dia, Andai aku punya jabatan spt dia, punya ortu spt ortunya, punya mobil sebagus dia, Andai & andai selalu memikirkan apa yg org lain miliki! Setiap org punya kesusahan masing2, Org yg bahagia adlh org yg selalu melihat hidup ini indah, berpikir positif walaupun hanya "atap dan tembok" di dpn mata tapi yg dia lihat adlh Visinya dan selalu ceria melewati hidup. Bersyukurlah msh di beri kehidupan & mau membagikan keceriaan kpd org lain.. Selalulah bersyukur dlm segala hal, karena ada hal indah dibalik semua peristiwa..

~Copas dari group odoj 430

Minggu, 04 Mei 2014

Berdakwah Dengan Bahasa Sederhana http://www.islamedia.web.id/2014/03/berdakwah-dengan-bahasa-sederhana.html

Selasa, 15 April 2014

"ADA YANG SALAH..."??

Doeloe... orang tua kita berangkat bekerja setelah matahari terbit dan sudah kembali ke rumah sebelum matahari terbenam.
Walaupun memiliki anak yang banyak.....rumah dan halaman pun tetap luas, bahkan tidak sedikit ada yang memiliki kebun...dan semua anak-anaknya bersekolah....

Sekarang....banyak yang berangkat kerja subuh dan sampai rumah setelah isya, tapi rumah dan tanah yang dimiliki tidak seluas rumah orang tua kita, dan bahkan banyak yang takut memiliki anak banyak karena takut kekurangan....

"Dan sungguh akan اَللّهُ berikan cobaan kepada manusia dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta...."
(Al Baqoroh (2) AYAT 155)

Ada yang salah dengan cara hidup orang modern....

Orangtua kita hidup tanpa banyak alat bantu....tapi tenang menjalani hidupnya...
Sementara kita yang dilengkapi dengan pampers, mesin cuci, kompor gas, HP, kendaraan, TV, email, FB, Twitter, , ipad, ruangan ber AC dll..harusnya mempermudah hidup ini....tapi ternyata tidak, sampai2 tidak sempat kita menikmati hidup karena semuanya dilakukan terburu-buru...

...berangkat kerja, TERBURU-BURU...
...pulang kerja, juga TERBURU-BURU...
...makan siang, TERBURU-BURU...
...dilampu merah, TERBURU-BURU...
...berdo'a pun, TERBURU-BURU...
...bahkan sholatpun, TERBURU-BURU...

sifat diatas bukti dari Al-Qur'an surat Al Isra' (17) ayat 11
" Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa"

Hanya mati........yang tidak seorangpun mau TERBURU-BURU....

Saking takutnya akan kurangnya harta untuk keluarga sampai-sampai kita HITUNGAN dalam BERSEDEKAH, sementara اَللّهُ tidak pernah hitungan dalam memberi rizki kepada kita.

"Setan menakut-nakuti kamu dengan kemiskinan dan menyuruh berbuat kikir...."
(Al Baqoroh (2) AYAT 268)

Bahkan saking lebih takutnya kita kehilangan pekerjaan hingga berani melewatkan sholat subuh, sholat maghrib dsb..
Sampai dimanakah hidup kita pada hari ini.....???

--- semoga bermanfa'at --
#copasDariGroupOdoj

Kamis, 03 April 2014

PESAN INDAH

"Hal yang membuatku malu pada diri sendiri"

▪Pernahkah kamu berpikir andai kita perlakukan Quran seperti halnya hape kita saat ini..?

Lihat...
▪Bagaimana kalau kita selalu membawanya kemanapun kita pergi??? dalam tas  & saku?

▪Bagaimana jika kita selalu melihatnya dan membacanya beberapa kali dalam sehari?

▪Betapa kita gugup dan terburu-buru balik pulang saat lupa membawanya?

▪Bagaimana jika kita mperlakukn Quran seolah kita tak bisa hidup tanpanya..?

- dan memang benar, kita tak bisa hidup tanpanya...!

▪Bagaimana jika kita berikan itu kepada anak2 kita sbgi hadiah?

▪Bagaimana jika kita selalu sempatkan untuk membacanya disaat bepergian?

▪Bagaimana jika kita buat dia sebagai prioritas?
Seperti contoh status berikut :
"Quran is my best friend."

▪Mungkin hanya 7% yg akan menyebarkan pesan ini...

▪Jadilah salah satu dari mereka dan sebarkan kepada saudara2 muslim lainnya.

▪Janganlah jadi bagian dari 93% yg enggan myebarkn pesan ini...

▪Coba pikirkan tentang Hari Pembalasan, sekalipun sekali saja

▪Kita sadar betul kalau hampir setiap hari selalu membuka dan bertukar pesan, email dsb. dg teman2 

▪Kita share/forward guyonan & gosip

Tapi,▪Berapa kali kita buka Quran dan membaca firman Allah

▪Jika kamu bersama teman2mu  atau keluargamu, bagikan pesan ini kepada mereka...!!

❇ Terbukti dalam Penelitian :
Mdengarkn Quran  mngurangi menyebarnya sel kanker.
ditubuh manusia bahkan menghancurkannya Memanjangkan sujud semakin menguatkan ingatan dan mencegah stroke

Setan berkata:
"Aku heran bagaimana bisa manusia mengatakan mereka cinta Allah tapi mengabaikan perintahNya, dan mengklaim benci padaku, tapi nyatanya mereka patuh pada rayuanku! "

#sumber : PesanWA

Kamis, 27 Maret 2014

Yang Beristighfar


Moga dijadikan-Nya kita sibuk beristighfar dan tak sempat berdosa.

"Menyesallah hamba; kian banyak dosanya, makin sedikit istighfarnya; kian dekat ke kuburnya, makin kuat kehampaan maknawinya," tutur Imam Ibnul Jauzy. Aisyah r.a. berkata, "Berbahagialah orang yang kelak di catatan amalnya diketemukan banyak-banyak istighfar." Berkata Qatadah, "Al-Qur'an ini menunjukkan penyakit kalian sekaligus obatnya. Penyakit kalian adalah dosa dan obatnya adalah istighfar.

"Perbanyak istighfar di rumah, di jamuan, di jalan, di pasar, di majelis; sebab kalian tak tahu kapan turunnya ampunan," terang Hasan Al-Bashri. Sementara Luqman Al-Hakim mengajarkan, "Perbanyaklah istighfar. Sungguh, di sisi Allah ada karunia yang tak dapat diraih kecuali oleh pemohon ampun."

Salim A Fillah, dalam buku "Menyimak Kicau Merajut Makna"

Rabu, 05 Maret 2014

Jangan Golput part 1

Sekarang issue golput alias tidak memilih dalam pemilu 9 april nanti kian deras berhembus..

Saya yg bukan warga Medan merasa kesulitan untuk dapat menggunakan hak suara pada pemilu nanti.

Ini menjadi usaha tersendiri yg mana karena saya tidak mau golput... Saya masih peduli nasib bangsa ini..

Bukan, kalau mau dilihat dari aspek agama... Islam mengajarkan kenapa kita penting akan adanya seorang pemimpin.

Rasul SAW mengajarkan kepada kita, berjalan 3 orang diantaranya kita hendaknya menunjuk satu org untuk menjadi ketua.

Gunanya, untuk mengatur kita.. Memimpin kita agar tetap satu jalan dan sampai pada tujuan yg udah kita tentukan..

Nabi juga mengajarkan "lebih baik dgn pemimpin yang zhalim dari pada tidak ada pemimpin"

Ini bukan main-main, bukan sembarang, ya karena urusan kepemimpinan ini penting... Kalau tak ada yg mimpin hidup kita berantakan...

Kita hidup bukan sendiri nya di sini.. Kita manusia banyak, medan, Bengkulu, Indonesia? Waaah banyak kaliii

Kalau tidak ada sekumpulan orang yang ngatur ini dalam suatu kebijakan atau sistem gmn kita bisa hidup...

Lihatlah simpang lampu merah jalanan kota, kalau gx ada yg ngatur, ya gx teratur kan.. Kita yg repot kan.

Gini ya, bukan apa-apa..
Harga cabe itu diatur pemerintah..
Harga minyak, sayur, daging dll.

Ke sekolah, kuliah, kerja naik sepeda motor ~laah harga minyak nya diatur pemerintah..

Weee.. Jalan Raya ini, ada yg mulus ada yg belubang, jalanan nii dibuat pemerintah untuk kita agar mudah..

Itu baru urusan harga dan masih banyak lagi contohnya..

Betapa pentingnya pemerintah ini yg jadi pelayan kita.. ~Kita raja loo mas Broo..

Saya sekolah di kedokteran untuk jadi dokter. Tempat saya sekolah punya pemerintah..

Pemerintah buat sekolah untuk apa? Untuk mencetak "pekerja" yang akan membantu pemerintah melayani masyarakat..

Jadi gini, pemerintah itu intinya ada untuk melayani kita.. Kita milih orang yg akan melayani kita..

Nah yang dipilih akan mikir, gmn ya bisa melayani kita..
Kalau kita sakit misalnya?

Nah pemerintah butuh tenaga untuk membantu menyelesaikan penyakit rakyat ny..

Jadi pemerintah buat lembaga pendidikan.
Adanya fakultas kedokteran itu, iya untuk ini. Membantu pemerintah melayani..

Disekolahkan kita jadi dokter.
Dokter utk membantu mengabdi..
Melayani... Nyobatin, minimal Nyobatin emak kita. Kan emak kita rakyat  jg toh.

Nah. Kita ini skrg sekolah di kedokteran.. Kita perlu sistem pendidikan yg akan membantu kita enak belajar, nyaman, semangat dll

Dan jika tamat yaaaaa kita maunya jadi dokter hebat..

Tamat kita itu nanti kerja sama pemerintah, tinggal di indonesia..
Digaji, dihargai dan difasilitasi.

Kalau pemerintah gx sejalan dengan kita? Lah cemana nasib kita. Kita kan manusia yg butuh ini itu...

Semua itu dari kita utk kita.
Kita pilih pemerintah utk ngatur hidup kita, pemerintah buat kebijakan utk kebaikan kita.Semuanya balik balik dari kita untuk kita.

Sekolah kita dibuat pemerintah, kehadiran kita diharapkan pemerintah, penghargaan jasa kita nanti dari pemerintah.. semuanya kembali untuk keberlangsungan hidup kita sesama.

Nah tu kan, pemerintah itu ditunjuk oleh kita semua looo ~masa iya kita gx peduli..

Ke kampus kita naik motor, motor pake bensin. Eh bensin itu diatur pemerintah, harganya..
Ah masa kita cuei?

Mamak kepasar beli cabe.. Beli bawang, Minyak goreng dll.
Harganya mahal bro..
Lah siapa yg atur..
Mungkin kita mau golput?

Jalan ke rumah sakit ke kantor eh bolong. Karena ya pemerintah ada yg kurang cepat memperbaiki..
Kita cuma bisa ngeluh, ya kita malas milih di pemilu? ..

Aku golput? Ah masa iya..

Tau gx, dulu Pak Sukarno tau betul kalau kita ini punya segalanya.
Indonesia ini punya ragam sumber daya.

Kita bisa maju lo kalau diatur oleh orang yg cerdas dan bervisi jelas.

Pak habibie dan kawan2 disekolahkan ke luar negeri. Kenapa?
Karena tamat2 nanti mereka balik dan buat pembangunan di negeri kita.

Ya betulkan? Di jaman Pak Harto. Pak bibie dah bisa buat pesawat..
Mandiri kita karena ada pesawat sendiri loo. (mimpi Indonesia jaya)

Bayar pesawat untuk pergi keliling Indonesia. ~Waaa seeruuu. Kan duitnya tadi balik ke kantong pemerintah kita. Lalu pemerintah kita bisa keluarkan duit utk buat pesawat yg banyak lagi..

Atau pemerintah keluarkan duit utk sekolahkan anak bangsa lagi yg hasilnya nanti membantu pemerintah membangun negeri.. ~hebat

"Pemerintah Impian" gini, mesti kita cari. 

Kalau kita golput? Yah ntah siapa2 yg menjabat nanti.

Kenapa?
Bukan apa2. Orang baik di Indonesia ini masih banyak, lah orang baik kan cenderung milih yg baik.

Kalau orang2 baik di Indonesia ini golput.. Nasib negeri kita cemana?
~Masuk angin la nanti..

Indonesia dipimpin oleh mereka yg gx tau memimpin.. Mau jadi apa kita? Lihatlah kita ini gx maju2..

Jalanan kota gx teratur, sekolah babak belur, lah pergi aja no ke dapur ceplokin tu telur..
Kan enak juga.. ~Nyam

Kalau pun banyak dari kita yg golput.. Pemerintah bakal tetap terpilih nya nanti. Karena yg gx golput juga tetap ada.

Tp orang2 baik macam kalian jgn ada yg antipati, cuek, tak acuh pada urusan negeri ini.

Kita bisa makan di kantin kampus yg harga nya masih terjangkau.
Ya karena harga bahan pokok belum kian mahal.

Weee, kalau banyak yg golput gx peduli gmn negeri ini, mau cemana jadinya kita..
Banyak yg cuma mau jadi pejabat aja, sikit yg mau urusin kita betulan..
Ayo buka mata kita la kawan..

Peduli kita, untuk kita juga ini semua.. Cari-cari! banyak orang baik yg patut kita pilih..
~Jangan golput..

Minggu, 23 Februari 2014

Sepenggal kisah dari Al-Azhar Cairo

Seorang Syekh yang alim lagi berjalan-jalan santai bersama
salah seorang di antara murid-muridnya di sebuah taman.
Di tengah-tengah asyik berjalan sambil bercerita, keduanya
melihat sepasang sepatu yang sudah usang lagi lusuh. Mereka berdua yakin kalau itu adalah sepatu milik pekerja kebun yang
bertugas di sana, yang sebentar lagi akan segera menyelesaikan pekerjaannya.
Sang murid melihat kepada syekhnya sambil berujar:
“Bagaimana kalau kita candai tukang kebun ini dengan menyembunyikan sepatunya, kemudian kita bersembunyi di
belakang pohon-pohon? Nanti ketika dia datang untuk memakai sepatunya kembali, ia akan kehilangannya. Kita lihat bagaimana dia kaget dan cemas!”

Syekh yang alim dan bijak itu menjawab:

“Ananda, tidak
pantas kita menghibur diri dengan mengorbankan orang
miskin. Kamu kan seorang yang kaya, dan kamu bisa saja
menambah kebahagiaan untuk dirinya. Sekarang kamu coba
memasukkan beberapa lembar uang kertas ke dalam sepatunya, kemudian kamu saksikan bagaimana respon dari tukang kebun miskin itu”.
Sang murid sangat takjub dengan usulan gurunya. Dia
langsung saja berjalan dan memasukkan beberapa lembar uang
ke dalam sepatu tukang kebun itu. Setelah itu ia bersembunyi
di balik semak-semak bersama gurunya sambil mengintip apa
yang akan terjadi dengan tukang kebun.
Tidak beberapa lama datanglah pekerja miskin itu sambil
mengibas-ngibaskan kotoran dari pakaiannya. Dia berjalan
menuju tempat sepatunya ia tinggalkan sebelum bekerja.
Ketika ia mulai memasukkan kakinya ke dalam sepatu, ia
menjadi terperanjat, karena ada sesuatu di dalamnya. Saat ia
keluarkan ternyata…....uang.
Dia memeriksa sepatu yang satunya lagi, ternyata juga berisi
uang.
Dia memandangi uang itu berulang-ulang, seolah-olah ia tidak
percaya dengan penglihatannya.
Setelah ia memutar pandangannya ke segala penjuru ia tidak
melihat seorangpun.
Selanjutnya ia memasukkan uang itu ke dalam sakunya, lalu ia berlutut sambil melihat ke langit dan menangis. Dia berteriak
dengan suara tinggi, seolah-olah ia bicara kepada Allah ar rozzaq : 

“Aku bersyukur kepada-Mu wahai Robbku. Wahai Yang Maha
Tahu bahwa istriku lagi sakit dan anak-anakku lagi kelaparan.
Mereka belum mendapatkan makanan hari ini. Engkau telah
menyelamatkanku, anak-anak dan istriku dari celaka”.
Dia terus menangis dalam waktu cukup lama sambil memandangi
langit sebagai ungkapan rasa syukurnya atas karunia dari
Allah Yang Maha Pemurah. Sang murid sangat terharu dengan pemandangan yang ia lihat di balik persembunyiannya. Air matanya meleleh tanpa dapat ia bendung.
Ketika itu Syekh yang bijak tersebut memasukkan pelajaran
kepada muridnya :

“Bukankah sekarang kamu merasakan kebahagiaan yang lebih
dari pada kamu melakukan usulan pertama dengan
menyembunyikan sepatu tukang kebun miskin itu?”

Sang murid menjawab:

“Aku sudah mendapatkan pelajaran yang tidak akan mungkin aku lupakan seumur hidupku. Sekarang aku baru paham makna
kalimat yang dulu belum aku pahami sepanjang hidupku:

“Ketika kamu memberi kamu akan mendapatkan kebahagiaan
yang lebih banyak dari pada kamu mengambil”.

Sang guru melanjutkan pelajarannya.
Dan sekarang ketahuilah bahwa pemberian itu bermacam-macam :

• Memaafkan kesalahan orang di saat mampu melakukan balas
dendam adalah suatu pemberian.

• Mendo’akan temanmu di belakangnya (tanpa
sepengatahuannya) itu adalah suatu pemberian.

• Berusaha berbaik sangka dan menghilangkan prasangka
buruk darinya juga suatu pemberian.

• Menahan diri dari membicarakan aib saudaramu di
belakangnya adalah pemberian lagi.

Ini semua adalah pemberian, supaya kesempatan memberi
tidak dimonopoli oleh orang-orang kaya saja.
Jadikanlah semua ini pelajaran, wahai ananda!

Semoga bermanfa'at ..
From group @onedayonejuz

Selasa, 21 Januari 2014

"Tarbiyah dalam Satu Juz Setiap Hari"

Kutipan nasehat
Ust. Abdul Azis Abdur Rauf, alhafidz.

"Tarbiyah dalam Satu Juz Setiap Hari"

Jika hari ini kita belum bisa beribadah dengan satu juz, kita tidak boleh putus asa, karena proses tarbiyah memang panjang.

Namun dibalik panjangnya, sesungguhnya kita juga dapat menyingkat dgn kesungguhan dan kerja keras. Kita harus sadar, dan mengatakan pada diri kita, "Sampai kapan saya tidak bisa ?" "Sampai kapan saya belum merasakan pentingnya ?"

"Dan sampai kapan saya tidak merasakan suatu kerugian besar jika hari ini tidak beribadah satu juz? "

Inilah nuansa tarbiyah yang harus kita bangun dalam diri kita, bukan nuansa pemakluman yang tiada batas.

Ingatlah bahwa tarbiyah bermakna upaya memproses diri menuju lebih baik, dan kebaikan itu ada dalam ibadah satu juz tiap hari.

Jika kita menyerah dengan kondisi kita, berarti kita sudah menghentikan proses tarbiyah dalam diri kita.

Krena itu mutarabbi (org yg trus brusaha mmperbaiki diri) yg sejati adlh mreka yg tdk prnah mnyerah dgn kondisi yg blm mmuaskan hari ini.

Jgn brlindung dari ksibukan, anak, pkerjaan, bisnis, bnyak acara dsb.Krena sjatinya smua ksibukan kta tdk akn prnah trhenti kcuali kta mati.

Lalu, apa jdinya jika smpai mati pun kita blm melakukan ibadah ini, karena halangan & kesibukan yang memang tidak akan pernah terhenti.

Kamis, 09 Januari 2014

Adzan Terakhir Sahabat Bilal

Semua pasti tahu, bahwa pada masa Nabi, setiap masuk waktu sholat, maka yang mengkumandankan adzan adalah Bilal bin Rabah. Bilal ditunjuk karena memiliki suara yang indah. Pria berkulit hitam asal Afrika itu mempunyai suara emas yang khas. Posisinya semasa Nabi tak tergantikan oleh siapapun, kecuali saat perang saja, atau saat keluar kota bersama Nabi. Karena beliau tak pernah berpisah dengan Nabi, kemanapun Nabi pergi. Hingga Nabi menemui Allah ta’ala pada awal 11 Hijrah. Semenjak itulah Bilal menyatakan diri tidak akan mengumandangkan adzan lagi. Ketika Khalifah Abu Bakar Ra. memintanya untuk jadi mu’adzin kembali, dengan hati pilu nan sendu bilal berkata: “Biarkan aku jadi muadzin Nabi saja. Nabi telah tiada, maka aku bukan muadzin siapa-siapa lagi.”
 
Abu Bakar terus mendesaknya, dan Bilal pun bertanya: “Dahulu, ketika engkau membebaskanku dari siksaan Umayyah bin Khalaf. Apakah engkau membebaskanmu karena dirimu apa karena Allah?.” Abu Bakar Ra. hanya terdiam. “Jika engkau membebaskanku karena dirimu, maka aku bersedia jadi muadzinmu. Tetapi jika engkau dulu membebaskanku karena Allah, maka biarkan aku dengan keputusanku.” Dan Abu Bakar Ra. pun tak bisa lagi mendesak Bilal Ra. untuk kembali mengumandangkan adzan. 
 
Kesedihan sebab ditinggal wafat Nabi Saw., terus mengendap di hati Bilal Ra. Dan kesedihan itu yang mendorongnya meninggalkan Madinah, dia ikut pasukan Fath Islamy menuju Syam, dan kemudian tinggal di Homs, Syria. Lama Bilal Ra tak mengunjungi Madinah, sampai pada suatu malam, Nabi Saw hadir dalam mimpi Bilal, dan menegurnya: “Ya Bilal, wa maa hadzal  jafa’? Hai Bilal, kenapa engkau tak mengunjungiku? Kenapa sampai begini?.” Bilal pun bangun terperanjat, segera dia mempersiapkan perjalanan ke Madinah, untuk ziarah pada Nabi. Sekian tahun sudah dia meninggalkan Nabi.
 
Setiba di Madinah, Bilal bersedu sedan melepas rasa rindunya pada Nabi Saw., pada sang kekasih. Saat itu, dua pemuda yang telah beranjak dewasa, mendekatinya. Keduanya adalah cucunda Nabi Saw., Hasan dan Husein. Sembari mata sembab oleh tangis, Bilal yang kian beranjak tua memeluk kedua cucu Nabi Saw itu. Salah satu dari keduanya berkata kepada Bilal Ra.: “Paman, maukah engkau sekali saja mengumandangkan adzan buat kami? Kami ingin mengenang kakek kami.” Ketika itu, Umar bin Khattab yang telah jadi Khalifah juga sedang melihat pemandangan mengharukan itu, dan beliau juga memohon Bilal untuk mengumandangkan adzan, meski sekali saja.
 
Bilal pun memenuhi permintaan itu. Saat waktu shalat tiba, dia naik pada tempat dahulu biasa dia adzan pada masa Nabi Saw masih hidup. Mulailah dia mengumandangkan adzan. Saat lafadz “Allahu Akbar” dikumandangkan olehnya, mendadak seluruh Madinah senyap, segala aktifitas terhenti, semua terkejut, suara yang telah bertahun-tahun hilang, suara yang mengingatkan pada sosok nan agung, suara yang begitu dirindukan, itu telah kembali. Ketika Bilal meneriakkan kata “Asyhadu an laa ilaha illallah”, seluruh isi kota madinah berlarian ke arah suara itu sembari berteriak, bahkan para gadis dalam pingitan mereka pun keluar.
 
Dan saat bilal mengumandangkan “Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah”, Madinah pecah oleh tangisan dan ratapan yang sangat memilukan. Semua menangis, teringat masa-masa indah bersama Nabi, Umar bin Khattab yang paling keras tangisnya. Bahkan Bilal sendiri pun tak sanggup meneruskan adzannya, lidahnya tercekat oleh air mata yang berderai.

Hari itu, madinah mengenang masa saat masih ada Nabi Saw. Tak ada pribadi agung yang begitu dicintai seperti Nabi Saw. Dan adzan itu, adzan yang tak bisa dirampungkan itu, adalah adzan pertama sekaligus adzan terakhirnya Bilal Ra, semenjak Nabi Saw wafat. Dia tak pernah bersedia lagi mengumandangkan adzan, sebab kesedihan yang sangat segera mencabik-cabik hatinya mengenang seseorang yang karenanya dirinya derajatnya terangkat begitu tinggi.

Semoga kita dapat merasakan nikmatnya Rindu dan Cinta seperti yang Allah karuniakan kepada Sahabat Bilal bin Rabah Ra. Aamiin