“Sudah, aku mengenalmu dengan baik,
kau pun sudah mengenal watakku. Aku tahu kau tak ingin kita berpisah, aku tahu kau khawatir akan keadaanku, kau mencintaiku dan yang kau inginkan adalah terus bersama dalam perjuangan ini, dalam barisan ini. Berat memang
untuk mengambil keputusan ini, tapi....”, Terdengar suara yang
sangat tegas dari dalam tenda pengasingan, yang memang dibuat seadanya untuk
korban penindasan kaum superior.
“tapi kau sering terluka dan mudah sakit”. Suara parau itu membalas.
“tapi kau sering terluka dan mudah sakit”. Suara parau itu membalas.
“Aku tahu hal itu, aku sadar tidak
mudah untuk berlepas dari kehalusan tanganmu dalam menjaga dan merawat aku
selama ini, aku tahu lemahnya diri ini yang selalu bertopang pada kegagahan
jiwamu. Tapi..., yah beginilah hidup yang harus kita jalani sahabat. Sudah menjadi
garis takdir perjumpaan kita ini akan berakhir, dan ini waktunya untuk itu. Kau
harus paham”. Dengan menyandang ransel ia keluar
dari tenda lalu hendak beranjak pergi, sedangkan laki-laki itu terdiam.
“ku
sangat mencintaimu sahabat, aku mencintaimu karena Rabbku menganugerahkannya”,
pecah, air mata pemuda itu mengalir deras dan seketika ia bangkit
dari duduk memeluk punggung sahabatnya yang hendak pergi. tak terbayang olehnya nasib sang sahabat ini kelak.
“ku
harap kita akan bersama lagi, sesuai dengan kata Nabi bahwa kita akan bersama dengan
orang yang kita cintai kelak dihari tiada naungan kecauli naungan Rabbi”.
Dan laki-laki
pincang itu berlalu meninggalkan sang sahabat karena telah memutuskan untuk pergi ke
tanah Gaza demi menolong saudara di sana.
“apa guna hidup kalau tak berguna
untuk kehidupan!!”. Kata-kata yang selalu menjadi alasan
kepergian sahabat karibnya. Dan pemuda ini hanya bisa melihat dari kejauhan
sahabatnya berlalu dan menghilang di ufuk padang pasir. sedang ia harus
tetap tinggal demi merawat 3 putra-putranya yang terluka akibat serpihan bom bunuh diri.
“ku menanti janji naungan-Mu itu,
naungan untuk hamba yang saling mencintai karena-mu Rabbi”.
Tutupnya dengan tetesan airmata.
Tidak lama kemudian terdengar kabar bahwa sang sahabat telah tewas tertembak rudal besar milik tentara negara bengis itu.
Tidak lama kemudian terdengar kabar bahwa sang sahabat telah tewas tertembak rudal besar milik tentara negara bengis itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar