Terkadang diwaktu pagi kita sangat semangat menyambut hari. Dibekali modal spiritual dan intelektual yang kuat kita maju melesat. Semua amanah, tanggung jawab profesi bisa kita babat dengan optimal. Alhamdulillah bisa terselesaikan. Selang beberapa saat saja setelah itu, tiba-tiba diri tidak bisa berbuat apa-apa, bukan karena lelah atau ngantuk, tetapi memang diri ini tidak bisa dikendalikan sesuai kebutuhan. Bukan sedikit, tetapi tugas-tugas terlalu menuntut untuk segera diselesaikan. Hati sedang tidak berpihak, dan badan tak bisa tergerak.
Ketika sedikit saja Allah membalikkan keadaan hati kita dari keadaan semula maka kontan kita tidak bisa berbuat apa-apa. Sama sepertinya kasus dalam beribadah. Bisa saja pagi atau sorenya kita begitu giat, semangat, dan khusyuk dalam shalat dan tilawah, tetapi ketika malam tiba jiwa kehilangan gairah. Tak tersentuh kalam itu, tak tegoyangkan lidah itu untuk menikmati ayat-ayat suci yang memang menjadi makanan tak mengenyangkan karena diri selalu merasa haus akan kenikmatan sakinah darinya. Dan memang pada kenyataannya kita sendiri tidak mampu mengendalikan diri ini seutuhnya, karena hakikatnya jiwa ini pun bukan milik kita. MAKA "kembalikanlah barang itu kepada Pemiliknya". Serahkan seluruhnya pada Pencipta, karena kita semua adalah hamba yang berserah, pasrah.
Dalam do'a yang harap banyak, kita memohon agar hati ini selalu diteguhkan dalam kebaikan, semangat kontribusi peradaban, dan mengoptimalkan profesi masa depan.
"Ya Rabbana, tsabbitna."
Setuju... Semoga Allah menetapkan hati kita dalam keadaan iman dan islam
BalasHapus